Bunuh Diri dan Kesehatan Jiwa: Sebuah Hubungan yang Kompleks

Bunuh diri sering dijumpai pada orang yang menderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa tersebut adalah gangguan depresi (80%), skizofrenia (10%), gangguan demensia dan delirium (5%). Diantara orang-orang dengan gangguan jiwa, 25% memiliki ketergantungan dengan alkohol dan memiliki diagnosis ganda (Elpers, 2000).

Bunuh diri merupakan isu kesehatan masyarakat yang serius, dan memiliki kaitan erat dengan kesehatan jiwa. Meskipun kesehatan mental memainkan peran penting, bunuh diri juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti masalah sosial dan ekonomi, riwayat trauma, ataupun akses terhadap bunuh diri.

Baca juga: Stop Tindakan Bunuh Diri, Kenali Karakteristik dan Tanda-Tandanya

Gejala Depresi

Depresi memiliki gejala utama seperti murung sepanjang waktu, hilangnya minat, dan mudah lelah. Gejala lainnya adalah selalu merasa bersalah, tidak berguna, merasa masa depannya suram, merasa harga diri dan kepercayaan dirinya menurun.

Selain itu juga mengalami gangguan tidur, memiliki ide/tindakan yang merugikan diri sendiri, memiliki gangguan pola makan. Dan pada kondisi depresi berat, seseorang dapat timbul pikiran/ide untuk melukai diri sendiri.

bisikan bunuh diri
by freepix.com

Apa penyebab depresi? Penyebab depresi merupakan kombinasi faktor dari dalam dan dari luar.

Faktor penyebab depresi dari dalam diantaranya adanya pengalaman buruk di masa lalu. Kepribadian yang cenderung tertutup, sensitif, mudah cemas. Menurunnya zat kimia di otak, yakni serotonin dan norepinefrin.

Faktor penyebab deprsi dari Luar antara lain stres yang berarti (seperti masalah kehidupan; konflik keluarga; atau kehilangan). Penggunaan alkohol dan obat terlarang. Termasuk penyakit medis yang lama dan berat.

Depresi bukan sekedar gangguan perasaan saja. Tetapi juga terkait dengan zat kimia yang berpengaruh pada transmisi otak. Dimana zat kimia tersebut berdampak pada suasana hati.

Penurunan serotonin akan menimbulkan pikiran pesimis dan membuat perasaan sedih. penurunan norepinefrin menyebabkan seseorang mudah lelah dan kehilangan energi.

Berdasarkan fakta tersebut, sangat mungkin depresi diberikan pengobatan medis. Tujuannya untuk mengendalikan zat zat yang berdampak pada suasana hati.

Depresi dan Penyakit Fisik

Keluhan orang yang menderita depresi kadang kala bukan berupa gangguan pikiran dan perasaan, tetapi merupakan keluhan fisik. Keluhan tersebut antara lain mudah lelah, sulit tidur, mual, sesak napas (dada terasa penuh), nyeri punggung, diare, nyeri kepala, nyeri dada dan lain sebagainya.

Waspadai!

Jika menemui seseorang yang punya keluhan fisik yang berulang-ulang, samar-samar atau tanpa bukti hasi pemeriksaan medis yang mendukung. Karena bisa jadi keluhan tersebut merupakan manifestasi dari gangguan perasaannya yang tergambar dalam keluhan fisik.

Perlu untuk kita ketahui dan pahami bahwa gejala depresi bukanlah tanda kelemahan dan kemalasan seseorang, upaya seseorang untuk mencari perhatian, atau seseorang melebih-lebihkan masalah. Tetapi sangat memungkinkan memiliki gangguan kesehatan yang memerlukan pengobatan.

Psikosis / Skizofrenia

Psikosis adalah sekumpulan gejala gangguan jiwa yang terdiri atas gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang berdampak pada fungsi peran dan sosialnya.

Bila gejala tersebut berlangsung lama (minimal 1 bulan) dan berpengaruh pada mutu kualitas hidup secara keseluruhan disebut sebagai skizofrenia.

Ada 3 hal utama yang dialami penderita psikosis/skizofrenia, yaitu kesulitan menilai realita, tilikan diri yang jelek, dan penurun fungsi peran dan sosial. Berikut gambaran seseorang dengan gejala psikosis.

baca juga: Fenomena Bunuh diri di Gunungkidul: 7 Aspek Yang Perlu Dikaji!

Halusinasi

Seseorang dengan gejala psikosis biasanya merasa mendengar suara tanpa sumber yang jelas. Hanya dirinya sendiri yang bisa mendengarkan dan orang lain tidak bisa (halusinasi dengar). Atau melihat suatu wujud atau situasi yang hanya dirinya sendiri yang mampu melihat, sedang orang lain tidak bisa (halusinasi penglihatan).

Waham

Seseorang dengan psikosis umjumnya memiliki keyakinan palsu yang tidak dapat diubah, dihayati dan mereka hidup didalam wahamnya. Contohnya meyakini bahwa ada seseorang yang akan mencelakai dirinya (waham curiga). Atau meyakini bahwa dirinya dikendalikan kekuatan dari luar (waham kendali pikir).

Penurunan fungsi peran dan sosial

Gejala psikososi dapat membuat seseorang kesulitan berperan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari bahkan sampai terbengkalai. Mereka juga enggan bersosialisasi dan cenderung menarik diri atau hidup di alam pikirannya sendiri.

Faktor biologi, psikologi dan sosial menjadi penyebab psikosis.

Faktor Biologi

Peningkatan zat kimia di otak yang bernama Dopamin. Dopamin adalah transmisi saraf otak yang mempengaruhi cara berpikir dan perilaku seseorang.

Ketika jumlahnya berlebihan akan menyebabkan kekacauan berpikir. Sehingga orang dengan dopamin berlebih, mereka akan sulit membedakan realita atau khayalan.

Dorongan bunuh diri, bisa muncul akibat halusinasi dengar yang menyuruhnya mengakhiri hidup. Atau keyakinan palsu yang tidak realistik yang mempengaruhi pikirannya, yang mengendalikan dirinya untuk mati.

Faktor Psikologik

Kepribadian tertutup atau sensitif pada seseorang. Berdasarkan beberapa studi literatur, orang yang berkepribadian sensitif dan cenderung tertutup memiliki risiko mengalami gangguan perasaan berupa depresi dan skizofrenia.

Faktor Sosial

Pengalaman atas suatu peristiwa yang terkait erat dan hubungan dengan orang lain/lingkungan sebagai latar belakang atau pemicu munculnya gejala tersebut.

Untuk dipahami bersama bahwa:

  • Gangguan pikiran, perasaan dan perilaku pada psikosis merupakan bagian dari gejala bukan sesuatu yang dibuat buat karena mereka merasakan pengalaman tersebut sebagai hal yang nyata bagi dirinya.
  • Psikosis bukan berarti orang tersebut adalah: orang yang buruk, jahat, bodoh, kekanak-kanakan dan pemalas.
  • Pengertian dan dukungan keluarga sangat penting untuk membantu pemulihan.
  • Mereka mengalami gangguan kesehatan dan membutuhkan pengobatan medis, psikologis dan psikiatris.

Demensia (Kepikunan)

Demensia atau yang sering dikenal sebagai “pikun”, merupakan kondisi penurunan fungsi kognitif yang signifikan. Termasuk daya ingat, kemampuan berpikir, dan kemampuan bersosialisasi. Sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Merawat seseorang dengan demensia membutuhkan pengetahuan, kesabaran, dan empati yang mendalam. Perlu dipahami bahwa perubahan perilaku adalah bagian dari gejala.

Selain itu beberapa saran penting diantaranya:

  • perlu berjiwa besar terhadap perilaku lansia yang kurang berkenan.
  • Jangan merubah situasi baru secara drastis
  • Awasi makanan, minum obat dan pendampingan secara psikologis dan membawa ke sarana pengobatan
  • Memberikan kesempatan untuk berperan dan mengapresiasi apapun yang dikerjakan

Kondisi demensia bagi lanjut usia seringkali menjadi tekanan tersendiri. Hal itu dipicu oleh melemahnya daya ingat dan kemampuan berpikir, ditambah adanya penyakit kronis dan kurangnya perhatian, serta tekanan sosial dari lingkungan.

Kondisi tersebut tidak jarang membuat lansia mengalami depresi, frustasi dan melakukan tindakan yang mencelakai dirinya.

Delirium

Delirium atau kebingungan akut yang diakibatkan pengaruh kondisi penyakit fisik tertentu, merupakan kondisi akut berupa gangguan kesadaran, kekacauan orientasi, perilaku, persepsi, isi pikir, ingatan, orientasi.

Awitannya tiba-tiba, perjalanan penyakitnya singkat dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari. Dan biasanya terkait dengan kondisi penyakit tertentu seperti infeksi, penyakit metabolik atau penyakit kronik yang lain.

Apa yang dialami seseorang yang mengalami delirium adalah perwujudan dari gejala penyakit fisiknya. Mungkin saja terkait dengan infeksi, penyakit kronik ataupun penyakit akibat penuaan.

  • TERIMA KASIH ATAS DUKUNGAN KAMU YANG TELAH MEMBACA TULISAN INI SAMPAI SINI.
  • Kami sangat senang bisa menyempatkan waktu di tengah kesibukan yang padat untuk membuat konten seperti ini.
  • Masukan dan kontribusi kamu sangat berarti bagi kami.
  • Jika kamu ingin menyampaikan masukan atau berbagi tulisan atas pengetahuan, pengalaman, serta informasi positif lainnya di website ariefrd.id, kamu bisa mengirimkan melalui email dibawah.
  • Jika kamu suka dengan konten kami dan ingin memberikan donasi, silakan klik tombol hijau “beri dukungan”.

Semoga kita dapat bersama-sama membantu dalam membangun masyarakat yang lebih baik, dengan berbagi tulisan. Karena berbagi berarti berkehidupan! 

Sekali lagi, terima kasih banyak atas dukungannya. Saya berharap semua aktivitas yang kita jalankan saat ini berjalan dengan baik dan dalam penyertaan yang ALLAH Yang Maha Kuasa. Salam SUKSES dan SEHAT untuk Kita semua!

Apabila seseorang mengalami kondisi depresi, skizofrenia/psikosis, demensia dan delirium segera bawa ke dokter atau profesional terkait yang berkompeten dibidangnya. Semoga dengan intervensi lebih dini, risiko bunuh diri dapat dikendalikan.

Sumber: Modul Penanganan Faktor Bunuh Risiko Bunuh Diri, Tim Penanganan dan Penanggulangan Bunuh Diri Kabupaten Gunungkidul.

Peringkat: 1 dari 5.

Eksplorasi konten lain dari Ariefrd.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca