SRMA 19 di Bantul — Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso di Surakarta (STSS) sebagai Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial mendapatkan tugas tambahan untuk mengawal pelaksanaan Sekolah Rakyat (SR). STSS mengawal pelaksanaan 2 SR, yaitu Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 19 di Bantul dan SRMA 17 di Surakarta.

Pada 16 September 2025, STSS mengambil langkah proaktif dalam menciptakan lingkungan yang aman di sekolah. STSS bersama SRMA 19 di Bantul menggelar Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi Sekolah Rakyat Menengah Atas 19 di Sonosewu Bantul (SRMA19 di Bantul).

  • WhatsApp Image 2025 10 01 at 17.28.18 2 - Ariefrd.id
  • WhatsApp Image 2025 10 01 at 17.28.18 1 - Ariefrd.id
  • WhatsApp Image 2025 10 01 at 17.28.18 - Ariefrd.id
  • WhatsApp Image 2025 10 01 at 17.28.17 - Ariefrd.id

Kegiatan Pelatihan BHD bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan seluruh warga SRMA 19 di Bantul dalam menghadapi situasi darurat medis. Sebuah bekal penting yang menyelamatkan nyawa.

Pelatihan yang mulia ini terselenggara berkat kerja sama STSS dan SRMA 19 di Bantul dengan menghadirkan Tim Ahli dari Sardjito Emergency Ambulance Service (S-EAS) RSUP Dr. Sardjito dan juga Puskesmas II Kasihan Bantul.

Acara dibuka secara resmi oleh Kepala STSS. Ini menandai komitmen Kementerian Sosial melalui STSS terhadap kesehatan sekaligus kelamatan warga di Sekolah Rakyat. Pelatihan ini diikuti oleh 35 peserta, yang berasal dari unsur siswa, guru, wali asuh, dan wali Asrama. Dimana merekalah yang kedepannya akan menjadi garda terdepan pertolongan pertama di lingkungan SRMA 19 di Bantul.

Warga SRMA 19 di Bantul Diajak Memahami Konsep dan Prosedur Kunci dalam Pelatihan BHD

Tujuan utama dari kegiatan inisiatif ini adalah membekali peserta dengan pengetahuan dasar dan tindakan cepat saat menghadapi situasi gawat darurat. Sesi materi inti dari Tim S-EAS berfokus pada langkah-langkah kritis untuk menyelamatkan nyawa sebelum bantuan medis profesional tiba.

Setidaknya ada tiga tujuan dari Pelatihan BHD ini. Pertama, meningkatkan pengetahuan dasar pada situasi gawat darurat. Dimana peserta diajak untuk memahami tentang konsep dasar gawat darurat dan langkah-langkah dalam pemberian BHD. Termasuk pengenalan kondisi pasien yang memerlukan resusitasi.

Kedua, membekali peserta mengenai keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP). Peserta dibekali kemampuan melakukan RJP atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) dengan teknik yang benar.

Ketiga, menumbuhkan keberanian untuk bertindak cepat dengan benar. Hal ini dimaksudkan untuk melatih peserta agar memiliki inisiatif untuk bertindak cepat dan efektif saat menghadapi situasi darurat di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Baca juga : Konsolidasi Sekolah Rakyat dan Cerita Lana dari SRMA 19

Dalam kegiatan juga dibuka sesi diskusi dan tanya jawab yang interaktif. Peserta diberikan kesempatan berharga untuk mengklarifikasi berbagai skenario dan teknik yang diajarkan, untuk memastikan pemahaman yang baik.

S-EAS Latih Warga SRMA 19 di Bantul Menguasai Teknik RJP

Bagian paling krusial dan berharga dari kegiatan ini adalah sesi praktik langsung yang sangat intensif. Fokus utama praktik adalah penguasaan keterampilan menyelamatkan nyawa, khususnya melalui RJP. Dimana RJP merupakan inti dari Pelatihan BHD.

Di bawah bimbingan langsung Tim S-EAS, para peserta secara aktif mempraktikkanRJP. Peserta berlatih teknik kompresi dada dan pemberian napas buatan yang benar pada manekin. Latihan ini memastikan setiap peserta siap memberikan pertolongan pertama yang efektif pada korban yang mengalami henti napas atau henti jantung, sesuai dengan pedoman terbaru.

Selain itu, peserta diajak keterampilan pembidaian dengan menggunakan mitela atau kain dan barang yang biasa dijumpai seadanya: Peserta dilatih cara melakukan teknik pembidaian yang benar untuk mengatasi cedera seperti patah tulang atau dislokasi.

Penguasaan teknik RJP dan pembidaian ini sangat penting. Sebab tindakan yang cepat dan tepat dalam hitungan menit pertama dapat menentukan perkembangan situasi korban kedepan.

Dampak Jangka Panjang Pelatihan BHD bagi Komunitas Sekolah

Inisiatif Pelatihan BHD di SRMA 19 di Bantul ini memiliki dampak jangka panjang yang signifikan. Tidak hanya bagi sekolah, tetapi juga bagi komunitas di sekitarnya. Dengan 35 orang yang sudah terlatih, sekolah kini memiliki tim inti yang bisa dikatakan kompeten dalam situasi darurat.

Baca juga : Menteri PU Tinjau SRMA 19 di Bantul: “Tolong Dijaga Bersama-sama”

Melalui pelatihan ini, SRMA 19 di Bantul menunjukkan komitmen kuat dalam menciptakan lingkungan yang aman dan responsif, disamping ramah anak. Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan ini! Semoga informasi singkat mengenai Sekolah Rakyat ini bermanfaat! 

Jika kamu ingin berbagi pengetahuan, informasi atau pengalaman, silakan kirimkan tulisan kamu ke alamat email dibawah atau berbagi di kolom komentar. Saya berharap semua aktivitas yang kita jalankan saat ini berjalan dengan baik dan kita dapat membangun masyarakat yang lebih baik.

Semoga pengetahuan dan keterampilan praktik dari RSUP Dr. Sardjito dan Puskesmas II Kasihan Bantul ini membuat seluruh peserta mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Seperti bertindak cepat, tepat, dan efektif saat menghadapi kondisi kegawatdaruratan. Baik di dalam maupun di luar lingkungan SRMA 19 di Bantul.

Langkah SRMA 19 di Bantul dapat menjadi contoh sekolah yang memprioritaskan kesiapsiagaan medis. Disamping membuktikan bahwa Pelatihan BHD adalah investasi penting bagi keselamatan bersama.

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Ariefrd.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca