Belu (15/11) – Di Kabupaten Belu Kelompok kerja kerja sama luar negeri Kementerian Sosial bersama perwakilan dari Kementerian Sekretariat Negara melakukan monitoring ke lokasi kegiatan CRS. Monitoring kali ini dilakukan sebagai persiapan Monitoring dan Evaluasi jelang berakhirnya MSP antara Kementerian Sosial dengan CRS periode 2021-2024. Sebelum melakukan monitoring ke lapangan, rombongan monitoring difasilitasi CRS dan mitra lokalnya untuk melakukan audiensi dengan Wakil Bupati Belu beserta jajaran Pemda Kabupaten Belu.

Monitoring CRS di kabupaten belu
Audiensi dengan Wakil Bupati Belu dalam Monitoring Ormas Asing CRS

Wakil Bupati Belu menyambut antusias kedatangan tim monitoring dari pusat. Beliau menyampaikan bahwa aktivitas CRS sudah diketahuinya sejak beliau masih kecil. Selanjutnya Wakil Bupati Belu menantang CRS untuk dapat lebih inovatif lagi kedepannya. Selain itu Wakil Bupati Belu juga mendorong jajarannya untuk dapat bekerja sama dengan CRS dan mitra-mitra lokalnya di Kabupaten Belu, baik dalam hal teknis lapangan maupun administratif.

CRS di Kabupaten Belu

Catholic Relief Service (CRS) adalah organisasi kemanusiaan Katolik internasional yang berfokus pada pengentasan kemiskinan dan penderitaan. CRS telah bekerja di Indonesia sejak tahun 1950. Saat ini CRS dalam menjalankan aktivitasnya menjalin kerja sama dengan Kementerian Sosial yang dituangkan dalam Memorandum Saling Pengertian (MSP).

CRS bekerja sama dengan pemerintah daerah, organisasi masyarakat, dan komunitas lokal untuk membantu masyarakat dalam berbagai hal, seperti upaya meningkatkan produksi pertanian, perekonomian masyarakat, dan kesiapsiagaan bencana.

Salah satu wilayah yang menjadi lokus kegiatan CRS di Indonesia adalah Kabupaten Belu yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Belu memiliki luas wilayah sekitar 1.768 kilometer persegi dan berpenduduk sekitar 170.000 jiwa. Mayoritas penduduk Kabupaten Belu adalah Suku Timor.

Monitoring kegiatan CRS di Kabupaten Belu

Salah satu lokasi kegiatan CRS dalam periode MSP 2021-2024 adalah Desa Rinbesihat di kecamatan Tasifeto Barat dan Desa Dafala yang terletak di Kecamatan Tasifeto Timur.

Baca Juga : Tim Monev TPOA Kunjungi Pemda dan 2 Lokasi di Kab. Sigi

Monitoring di Desa Rinbesihat

Tim bergerak menuju Desa Rinbesihat dari Atambua sekitar pukul 08.30 WITA. Sebelum sampai di kantor Desa, Tim ditunjukan hasil pembuatan Bronjong penahan erosi aliran sungai oleh Kelompok Siaga Bencana Desa Rinbesihat. Kelompok yang diinisiasi oleh CRS dan Cis Timor tersebut membuat bronjong secara gotong royong dengan dukungan dana desa untuk penyediaan materialnya.

  • WhatsApp Image 2023 11 22 at 00.04.36
  • WhatsApp Image 2023 11 22 at 00.02.45 1

Desa Rinbesihat adalah salah satu desa di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa ini terletak di Kecamatan Tasifeto Barat, sekitar 40 kilometer dari ibu kota kabupaten, Atambua. Desa Rinbesihat memiliki luas wilayah sekitar 100 kilometer persegi dan berpenduduk sekitar 3.000 jiwa.

Sekitar pukul 10.15 WITA tim monitoring tiba di Kantor Desa. Tim monitoring disambut oleh ‘tetua adat’ dan juga Pjs Kepala Desa Rinbesihat beserta kelompok penerima manfaat disana. Selain kelompok siaga bencana, di Desa Rinbesihat juga terdapat kelompok tani dan kelompok usaha simpan pinjam.

Dalam diskusi, kelompok siaga bencana sebenarnya siap jika dilokasi mereka dibentuk Lumbung Sosial. Sementara kelompok tani menyampaikan bahwa CRS dan CIS Timor memberikan pelatihan dan pendampingan dalam pembuatan pupuk organik . Sedangkan kelompok simpan pinjam atau disebut SILK menuturkan bahwa saat ini terdapat 15 anggota yang rutin melakukan pertemuan setiap minggunya.

Monitoring di Desa Dafala

Desa Dafala merupakan salah satu desa di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Timor Leste. Desa Dafala berjarak sekitar 45 kilometer dari ibu kota kabupaten, Atambua.

Lihat Juga : Jalur Sabuk Merah dan PLBN Motaain, Simbol Persahabatan di Lintas Batas

Tiba di Desa Dafala sekitar pukul 13.00 WITA. Meskipun dalam kondisi hujan, sambutan tetap dilakukan oleh ‘tetua adat’ dan juga Pjs kepala Desa beserta kelompok penerima manfaat. Sebelumnya juga ada tarian yang dilakukan oleh anak-anak disana.

Di Desa Dafala, tim diperlihatkan bagaimana mekanisme pelaksanaan SILK oleh kelompok simpan pinjam. Seperti halnya di Desa Rinbesihat, dana simpanan anggota dan dana sosial yang telah terkumpul dan dihitung bersama disimpan dalam satu peti. Selanjutnya peti dikunci dengan tiga kunci yang dipegang oleh tiga orang anggota yang berbeda dan kotak disimpan oleh anggota lainnya.

WhatsApp Image 2023 11 22 at 00.08.05
Pertemuan SILK (simpan pinjam)

Selain dana simpanan dan dana sosial, terdapat pula denda terhadap anggota. Denda bisa berasal dari anggota yang salah menempati kursinya saat pertemuan dan juga yang mengalami keterlambatan dalam pengembalian pinjaman. Pinjaman sendiri dapat diberikan kepada anggota dengan ketentuan sebesar tiga kali dana simpanan yang dimilikinya.

Sementara untuk kelompok tani di desa Dafala, juga diberikan pelatihan pembuatan pupuk organik. Dalam sekali buat, pupuk organic dapat menghasilkan sebanyak tiga ton pupuk yang siap digunakan petani. Mata pencaharian utama penduduk Desa Dafala adalah bertani dan berkebun. Jika tidak sedang turun hujan, tim sebenarnya diajak untuk ke lokasi kebun jagung yang siap panen dan melihat lokasi pembuatan pupuk.

Pelatihan Sphere

Sebelumnya tim monitoring juga diajak melihat bagaimana proses pelatihan Sphere dan standar kemanusiaan inti terkait kebencanaan. Peserta yang mengikuti keiatan pun berasal dari multi organisasi, seperti BPBD, Dinas Sosial PMD, Dinas PUPR, Dinas Pertanian, Polres, Kodim, PMI, Tagana, MUI dan organisasi lokal lainnya.

*)

Eksplorasi konten lain dari Ariefrd.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca