Pesarean Ki Ageng Giring III di Gunungkidul
Sodo – Pesarean Ki Ageng Giring III terletak di Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pesarean Ki Ageng Giring III adalah tempat yang bersejarah dan penuh dengan nilai spiritual.
Bagi kamu yang ingin mempelajari sejarah Kerajaan Mataram Islam di tanah Jawa. Atau ingin mencari ketenangan jiwa, Pesarean Ki Ageng Giring III bisa menjadi tempat yang tepat untuk dikunjungi.
Pesarean Ki Ageng Giring III merupakan salah satu tempat wisata religi yang populer di Yogyakarta. Pesarean ini merupakan komplek pemakaman yang terdiri dari beberapa bangunan, termasuk Makam Ki Ageng Giring III, Masjid Al-Huda, dan Padepokan Ki Ageng Giring III.
Makam Ki Ageng Giring III
Makam Ki Ageng Giring III terletak di bangunan utama yang berbentuk cungkup. Makam tersebut lebih tinggi dibanding makam lain.
Masjid Al-Huda
Masjid ini didirikan oleh Ki Ageng Giring III. Masjid Al Huda tersebut merupakan salah satu masjid tertua di Kabupaten Gunungkidul.
Padepokan Ki Ageng Giring III
Padepokan ini dipercaya sebagai tempat Ki Ageng Giring III bertapa dan mengajarkan ilmu spiritual kepada murid-muridnya.
Siapakah Ki Ageng Giring III ?
Ki Ageng Giring III merupakan seorang tokoh legendaris yang berperan penting dalam sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam. Ki Ageng Giring III dikenal sebagai sosok yang mumpuni dalam ilmu spiritual dan kesaktian, serta memiliki peran sentral dalam menerima wahyu untuk mendirikan kerajaan baru di Mataram.
Ki Ageng Giring III diyakini sebagai keturunan Raja Brawijaya V dari Majapahit. Ki Ageng Giring III memiliki nama lain Raden Mas Kertanadi. Bersama Ki Ageng Pamanahan atau Ki Gede Mataram, beliau bertapa di Alas Mentaok, sebuah hutan lebat di wilayah Mataram.
Ki Ageng Giring III dipercaya menerima ‘wahyu’ berupa kelapa muda (degan) yang dijatuhkan oleh seekor gagak emprit. Degan tersebut berkhasiat bagi yang meminumnya, berupa kemampuan untuk mendirikan Kerajaan Islam di Mataram. Dalam versi lain, didalam degan, terdapat surat yang memberikan perintah untuk membuka lahan untuk mendirikan Kerajaan Islam di tanah Mataram.
Selanjutnya, Ki Ageng Giring III bekerja sama dengan Ki Ageng Pamanahan mendirikan Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1587. Dimana Kerajaan Mataram Islam kemudian berperan penting dalam menyebarkan agama Islam di wilayah Mataram.
Ki Ageng Giring III dihormati sebagai salah satu pendiri Mataram Islam, dan ajaran-ajaran spiritualnya masih dipelajari dan dipraktikkan hingga saat ini. Ki Ageng Giring III juga menjadi simbol keteguhan iman, kepemimpinan yang adil, dan perjuangan untuk membangun kerajaan yang berjaya di Nusantara, khususnya di tanah Jawa.
Kisah Ki Ageng Giring III dan Kerajaan Mataram Islam
Kisah ‘Wahyu’ Kerajaan Mataram Islam tidak dapat dipisahkan dari Ki Gede Mataram. Kedua tokoh ini dikisahkan sebagai sahabat karib yang bersama-sama menerima wahyu untuk mendirikan kerajaan baru di wilayah Mataram.
Baca Juga : Pejabat Negara Bagi 2 Umar
Tirakat di Alas Mentaok
Ki Ageng Giring III bersama Ki Ageng Pamanahan bertapa di Alas Mentaok, sebuah hutan lebat di wilayah Mataram, membentang dari Sleman hingga Bantul. Mereka berdua bertekad untuk mencari wahyu dan petunjuk ilahi tentang masa depan tanah Jawa.
Menerima ‘Wahyu’ Degan
Suatu hari, saat Ki Ageng Giring III sedang tirakat, beliau mendapatkan wahyu berupa kelapa muda yang dijatuhkan oleh seekor gagak emprit. Degan tersebut berisi khasiat atau perintah untuk mendirikan Kerajaan Mataram Islam dan menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Kontroversi Air Degan
Selain Ki Ageng Giring III, ditempat terpisah di Alas Mentaok, Ki Ageng Pamanahan yang juga melakukan tirakat mendapatkan wahyu tentang air degan dari kelapa muda tersebut. Degan yang diterima Ki Ageng Giring III rupanya tidak langsung dibuka oleh Ki Ageng Giring III, tetapi disimpan. Pada akhirnya, Ki Gede Mataram yang membuka dan meminumnya. Peristiwa dibuka dan diminumnya degan tersebut menimbulkan perselisihan antara keduanya tentang siapa yang berhak memimpin Kerajaan kelak.
Kedewasaan Ki Ageng Giring III
Ki Ageng Giring III menunjukkan kedewasaannya dengan merelakan degan yang dibuka dan diminum Ki Gede Mataram. Beliau memahami bahwa Ki Gede Mataram memang ditakdirkan untuk memimpin kerajaan.
Kebersamaan Mendirikan Mataram Islam
Meskipun Ki Ageng Giring III tidak menjadi pemimpin, beliau tetap bekerja sama dengan Ki Ageng Pamanahan untuk mendirikan Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1587. Dimana Kerajaan ini kemudian menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar dan terkuat di Jawa.
Nilai dari Kisah Pendirian Kerajaan Mataram Islam
Kisah pendirian Kerajaan Mataram Islam oleh wahyu Ki Ageng Giring III dan Ki Gede Mataram mengandung beberapa nilai penting, seperti:
Ketaatan kepada Tuhan
Ki Ageng Giring III dan Ki Ageng Pamanahan adalah dua tokoh spiritual terkenal dan sahabat dekat. Mereka dikenal karena kesalehan, kebijaksanaan, dan penguasaan praktik spiritual di Jawa. Ki Ageng Giring III dan Ki Gede Mataram menunjukkan ketaatan mereka kepada Tuhan dengan mendekatkan diri (tirakat) kepada Tuhan, untuk mendapatkan ‘wahyu’ atau titah untuk mereka kerjakan.
Kedewasaan dan Kebaikan Hati
Setelah menjalani latihan spiritual yang intens selama beberapa waktu, Ki Ageng Giring III dan Ki Ageng Pamanahan menerima wahyu ilahi. Ki Ageng Giring III menunjukkan kedewasaannya dengan merelakan degan miliknya, untuk dibuka dan diminum Ki Gede Mataram. Meskipun dalam versi lain tanpa seizin beliau, namun begitulah ‘jalan’ takdir yang mereka pahami.
Degan ‘wahyu’ dimaknai sebagai amanat Ilahi untuk mendirikan kerajaan yang menjunjung tinggi prinsip Islam dan membawa perdamaian serta kesejahteraan di tanah Jawa. Degan sendiri melambangkan potensi pertumbuhan dan kelimpahan kerajaan, seperti halnya kelapa yang memelihara benihnya hingga menjadi pohon yang berbuah.
Kerjasama dan Persatuan
Ki Ageng Giring III dan Ki Gede Mataram menunjukkan pentingnya kerjasama dan persatuan dalam mencapai tujuan bersama. Meskipun pernah terjadi kontroversi (degan) diantara mereka sebelumnya.
Dipandu oleh degan ‘wahyu’, Panembahan Senopati (Danang Sutawijaya) yang merupakan putra sulung dari Ki Ageng Pamanahan bersatu dengan tokoh lainnya, termasuk Ki Ageng Giring III untuk mendirikan Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1587. Kerajaan tersebut tumbuh dalam kekuatan dan pengaruh, hingga akhirnya menjadi kekuatan dominan di Jawa.
Pengabdian kepada Islam
Di tengah kemunduran Kerajaan Majapahit pada abad ke-16, Jawa menjadi saksi bangkitnya berbagai kerajaan yang saling berebut kekuasaan. Di era yang penuh gejolak ini, bermunculan tokoh dan pemimpin spiritual yang mencari bimbingan ilahi untuk mendirikan kerajaan baru untuk menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan membawa kemakmuran. Ki Gede Mataram dan Ki Ageng Giring III menunjukkan pengabdian mereka kepada kejayaan Islam di tanah Jawa dengan mendirikan Kerajaan Mataram Islam.
Sekedar Catatan
Kisah wahyu Ki Ageng Giring III terus dilestarikan dan diceritakan kembali dari generasi ke generasi. Kisah ini menjadi pengingat bagi kita tentang pentingnya nilai-nilai ketaatan, kedewasaan, kerjasama, dan pengabdian dalam kehidupan.
Peran Ki Ageng Giring III dalam menerima degan ‘wahyu’ dan kontribusinya terhadap pendirian kerajaan Mataram Islam tertanam kuat dalam cerita rakyat dan tradisi Jawa. Warisannya berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya bimbingan spiritual, kepemimpinan, dan persatuan dalam membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.
Namun penting untuk diketahui, catatan sejarah mungkin bisa saja berbeda-beda dalam detail tertentu, namun inti narasi wahyu dan peran Ki Ageng Giring III tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya Jawa.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.