Kunjungan CUTA Belgia ke Sentra Handayani

Bambu Apus (16/10) – Sentra Handayani Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Sosial kedatangan tamu dari Badan Nasional Penganggulangan Terorisme (BNPT) dan Coordination Unit for Threat Analysis (CUTA) Belgia. Sejak tahun 2016 Sentra Handayani telah bekerja sama dengan BNPT dalam upaya rehabilitasi anak dan keluarga yang terpapar radikalisme.

  • CUTA Belgia Disambut Tarian oleh Anak-anak binaan Sentra Handayani
  • Kunjungan Cuta Belgia bersama Dubes Belgia Untuk Indonesia dan BNPT di Sentra Handayani Jakarta
  • Sentra Kreasi Atensi (SKA) Sentra Handayani

Bertempat di Sentra Kreasi Atensi (SKA) Sentra Handayani kepala sentra Handayani Romal Uli Jaya Sinaga menyambut kedatangan rombongan tamu. Rombongan tamu berasal dari Kedutaan Besar Belgia yang dipimpin oleh Frank Felix (Duta Besar Belgia untuk Indonesia), delegasi CUTA Belgia yang dipimpin oleh Gert Vercauteren (Kepala CUTA Belgia), dan BNPT yang dipimpin oleh Andhika Chrisnayudhanto (Deputi Bidang Kerja Sama Internasional BNPT).

Andhika Chrisnayudhanto (Deputi Bidang Kerja Sama Internasional BNPT) yang mendampingi kunjungan CUTA Belgia di Sentra Handayani, mengatakan bahwa hubungan Indonesia dengan Belgia sudah masuk 74 tahun, dan ini menjadi hubungan yang sangat erat. Hubungan BNPT dengan CUTA Belgia juga sudah sangat baik dengan ditangani MoU di Belgia pada tahun 2022 lalu.

Siapa CUTA Belgia ?

Coordination Unit for Threat Analysis atau Unit Koordinasi Analisis Ancaman (CUTA) Belgia adalah layanan federal yang bertanggung jawab untuk menilai dan melaporkan ancaman teroris dan ekstremis di Belgia yang didirikan pada tahun 2006. Misi utama CUTA adalah menghasilkan penilaian ancaman yang digunakan oleh pemerintah Belgia untuk membuat keputusan mengenai kebijakan kontra-terorisme dan ekstremisme.

Gert Vercauteren (Kepala CUTA Belgia) menyampaikan bahwa CUTA belgia sebagai komponen dalam bidang keamanan (Belgia), mungkin bisa mengalami symptom dari unsur-unsur kekerasan ekstrimis yang terjadi di Belgia. Seperti halnya pemadam kebaran, sehingga memerlukan unsur-unsur ada di masyarakat (unsur whole system).

Baca Juga:

Sambil berkelakar Gert Vercauteren juga menjelaskan jika di Belgia ia kira sudah rumit, namun Ketika ia melihat Indonesia, dia baru menyadari begitu besarnya Indonesia. Layaknya London hingga kazakstan. Dan mungkin Belgia hanya seperti dari Depok ke Jakarta, namun tetap ada kemacetannya juga. Walaupun ukuran kedua negara berbeda, namun keduanya tetap mengalami tantangan yang sama. Seperti hanya ratusan ratusan warga Belgia yang berangkat ke syiria dan mendukung ISIS atau al qaeda. Dan saat ini masih menjalani proses rehabilitasi.

Pentingnya Dukungan Positif dan reintegrasi

Kunjungan CUTA Belgia di sentra Handayani juga memiliki nilai strategis bagi Indonesia. Kunjungan ini dapat menunjukan bahwa Indonesia sangat perhatian kepada pemulihan kondisi psikologis wanita dan anak-anak, utamanya yang terkait tindak terorisme dan kekerasan.

Di Sentra handaani ada pekerja sosial, psikolog dan dokter yang tentu saja memiliki tugas yang sangat mulia. Serta baik untuk mengajarkan dan memberi pengetahuan kepada mereka (yang terlibat dalam tindak kekerasan dan terorime) untuk meninggalakan paham-paham kekerasan yang sudah mereka alami dan lihat selama ini.

Frank Felix (Duta Besar Belgia untuk Indonesia) dalam kunjungannya menyampaikan bahwa Sambutan di Sentra Handayani memberi pengalaman yang rendah hati, karena kegiatannya betul-betul penting bagi kepentingan masyarakat. Kami sering melakukan diskusi mengenai ide dan kebijakan, namun disini (sentra Handayani) kami melihat bagaimana kebijakan dipraktikan dalam kenyataan.

Melihat anak-anak bisa senyum kembali itu sangat berharga sekali. Dan reintegrasi anak-anak itu adalah yang paling penting dampaknya (bahkan) dari undang-undang manapun yang pernah dibuat. Dan ia pun terharu dengan dinamisnya petugas yang ada untuk membantu dan mendukung anak-anak untuk bisa reintegrasi di masyarakat.

Target Sentra Handayani dalam Upaya Rehabilitasi

“Rehabilitasi anak terpapar radikalisme di antaranya dengan pendekatan religius, permainan, penanaman disiplin dan lain sebagainya,” ujar i Romal Uli Jaya Sinaga (kepala sentra Handayani) dalam paparan.

Ia juga berupaya menargetkan 6 bulan bisa meyakinkan BNPT dan pihak terkait lainnya jika mereka (anak yang terpapar radiaklisme) bisa dikembalikan pada masyarakat, hal ini seiring dengan inovasi layanan dari Sentra Handayani.

Pada kesempatan tersebut, rombongan BNPT, CUTA Belgia dan Duta Besar Belgia juga diajak meninjau dan melihat dari dekat berbagai fasilitas layanan di Sentra Handayani untuk rehabilitasi anak terpapar paham radikalime.

Harapan ke arah lebih baik

Menindaklanjuti MoU yang ditandatangani kepala BNPT dengan Kepala CUTA Belgia, BNPT yang mewakili negara Indonesia dan CUTA Belgia sepakat untuk bekerja sama dalam penanggulangan terorisme. Berbagai kegiatan seperti tukar menukar informasi, analisis strategis dan juga berbagi pengalaman praktik-praktik terbaik yang telah dilakukan kedua negara. Berbagai pertemuan di tingkat pakar dan pejabat tinggi, juga menjadi agenda.

Semoga kunjungan CUTA Belgia dan mitra-mitra kerja luar negeri dari BNPT ke Sentra Handayani dapat memperoleh gambaran yang lebih utuh mengenai penangganan Terorisme di indonesia dan mendapat masukan yang berharga bagi penanggulangan terorisme, ekstimisme dan kekerasan secara luas.

Eksplorasi konten lain dari Ariefrd.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca